Sunday, 4 October 2015

Liga Pendidikan Indonesia dan perihal merilis energi

Liga Pendidikan Indonesia dan perihal merilis energi


image
“Jangan menahan energi yang mestinya dirilis” ungkapan menarik yang sering saya ungkapkan, walau saya juga lupa siapa yang pertama mengatakannya.
Ya, energi itu mesti dirilis kalau tidak maka energi tersebut akan menggerakan kita untuk melakukan hal lain.
Kurang lebih seperti itulah yang menyeruak dalam benak saya ketika mendengar ketua panitia liga pendidikan indonesia tingkat SMP/SMA sederajat kabupaten Biak Numfor tahun 2015 membacakan laporan dan menceritakan maksud dan tujuan diselenggarakan LPI tahun ini.
Sejak 2009 turnamen bersistem setengah kompetisi ini digulir di persada Indonesia, tiap juara kabupaten/kota akan diadu di tingkat provinsi, kemudian para jagoan Provinsi dipertemukan di tingkat Nasional untuk memperebutkan piala Presiden.
Akan tetapi seperti kita ketahui bersama polemik PSSI-Kemenpora masih berlangsung sedemikian sehingga untuk pergelaran tahun ini untuk tingkat provinsi dan nasional tak dilaksanakan, agak klasik sih mengingat sanksi dari FIFA hanya tak membolehkan tim yang membawa nama negara tak berlaga di turnamen yang melibatkan peserta FIFA lainnya.
Mungkin ada alasan lain tapi ah sudahlah. Apakah bapak-bapak itu tahu apa yang ada dalam benak anak-anak ini? Sepertinya tidak.
Tahun 2009 ketika liga pendidikan ini pertama digulirkan, angkatan saya lulus SMA sehingga kami tak merasakan gemuruhnya liga yang ditunggu-tunggu anak-anak sekolah menengah ini. Tapi energi kami untuk ajang seperti ini sudah ada sejak ada turnamen tujuh belasan di tiap kecamatan yang mempertemukan tim-tim sekolah dasar. Kadang tak paham juga mengapa kami begitu gemar untuk mempersiapkan diri bahkan ketika turnamen tak dilaksanakan dengan berbagai macam alasan dan kendala. Tapi energi untuk ini selalu ada.
Ada begitu banyak masalah yang dikaitkan dengan anak muda terutama anak usia sekolah seperti tawuran . Ada banyak analisis yang mencoba menjelaskan fenomena tersebut, dari kaca mata hal demikian terjadi karena energi yang mestinya dirilis kadang terlalu ditahan dan dikekang sehingga energi tersebut dialihkan ke hal-hal yang (mungkin) destruktif.
image
Masih dari liga pendidikan ini, apakah ada di antara anak-anak ini yang mempedulikan tak ada kelanjutan dari turnamen ini? Saya rasa tak ada, sama sekali tidak. Karena semua anak-anak ini hanya ingin merilis energi yang disiapkan untuk turnamen ini atau sekedar bermain sepak bola. Bahkan saya bertaruh, tiada yang mempedulikan seberapa besar hadiah dan tropi yang disiapkan panitia karena hal terpenting adalah bermain sebagai representasi rilis energi dan kebanggaan sebagai tim sekolah terbaik di kota/kabupaten ini.
Tantangan tentunya ada di bahu bapak dan ibu guru agar energi dari anak-anak sekolah berimbang, tak terlalu banyak untuk belajar atau bermain atau berolahraga, karena keseimbangan merupakan hal paling utama dalam pertumbuhan dan kehidupan manusia.
Terima kasih departemen pendidikan dan kebudayaan dan PSSI yang telah mengadakan turnamen ini.
Selamat bertanding adik-adik, jaga sportivitas, selamat merilis energi.

No comments: