Tak Ada yang Lebih Setia dari Secangkir Kopi Soreku
untuk teman, Rombeng Sekarat
tak ada yang lebih setia, selain secangkir kopi soreku yang sial
angin telah membawa asap sepinya ke laut, ke luas tempat bermuaranya segala tanya
waktu memang tak punya perasaan. sudah hilang asap, manis-paitpun disesap. lenyap.
kini tinggal jeri di ceruk cangkirnya yang berbusa. barangkali busa terakhir, sebelum ia menangis diterkam malam
duh, langit
mengapa sempat-sempatnya kau kirim gerimis di saat begini
kau sama tak berperasaan
seperti waktu
seperti jeruji sepeda motor gadisku, yang pergi berpacu rindu bersama pacar barunya itu
malam luruh bersimpuh peluh
sama setianya seperti kopi soreku itu
tapi tak ada yang lebih setia dari kopi soreku itu
malam akan pergi sebentar lagi
pagi menunggu di pinggir kali, di tempat bidadari mandi dengan selendangnya yang dicari curi
seperti batu-batu, secangkir kopi soreku itu terpaku dan bisu
sesekali matanya menoleh padaku
“minumlah aku, agar lunas penantianku, agar tuntas segala setiaku”
tak ada yang lebih setia dari secangkir pahit kesetiaan itu sendiri
selain menunggu genggam yang lepas oleh gugus kematian
tak ada yang lebih setia
selain rasa yang hilang oleh ketidakpastian
tak ada yang lebih setia
selain aku
yang menunggumu
dengan secangkir kopi soreku
yang kubikin dari pahit kisah yang putus
dan serbuk gula yang tandas
No comments:
Post a Comment